Dislokasi

Konsep Dasar

Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta Kedokteran, 2000).

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen – ligmennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai.

Traksi adalah : Suatu metode yang dipakai untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami Dislokasi.
Traksi adalah : pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh.


Macam – Macam Dislokasi

  1. Dislokasi Sendi Rahang
    Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
    • Menguap atau terlalu lebar.
    • Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
    Tindakan Pertolongan : Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari sudah dilindungi balutan tadi. Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang paling belakang. Tekanan itu harus mantap tapi pelan – pelan. Bersamaan dengan penekanan itu jari – jari yang lain mengangkat dagu penderita ke atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan cepat dan keras.
    Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak diperbolehkan terlalu sering membuka mulutnya.
  2. Dislokasi Sendi Jari.
    Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
    Tindakan Pertolongan : Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke tempat asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai dalam kedudukan setengah melingkar seolah – olah membentuk huruf O dengan ibu jari.
  3. Dislokasi Sendi Bahu
    Dislokasi yang sering ke depan. Yaitu kepala lengan atas terpeleset ke arah dada. tetapi kemampuan arah dislokasi tersebut ia akan menyebabkan gerakan yang terbatas dan rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.
    Tanda – tanda lainnya :Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar. Sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.
    Tindakan Pertolongan :Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu harus dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati – hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan – jaringan penting lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Kirim saja klien ke Rumah sakit segera.
    Apabila tidak ada patah tulang, dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut :Ketiak yang cedera ditekan dengan telapak kaki (tanpa sepatu) sementara itu lengan penderita ditarik sesuai dengan arah letak kedudukannya ketiak itu.Tarikan itu harus dilakukan dengan pelan dan semakin lama semakin kuat, hal itu untuk menghidarkan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengakibatkan terjadinya shock. Selain tarikan yang mendadak merusak jaringan – jaringan yang ada di sekitar sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan yang tetap beberapa menit, dengan hati – hati lengan atas diputar ke luar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku terlipat dengan cara ini diharapkan ujung tulang lengan atas menggeser kembali ke tempat semula.
  4. Dislokasi Sendi SikuJatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior. Reposisi dilanjutkan dengan membatasi gerakan dalam sling atau gips selama tiga minggu untuk memberikan kesembuhan pada sumpai sendi.
  5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal Dan Inter PhalangealDislokasi disebabkan oleh hiperekstensi – ekstensi persendian direposisi secara hati – hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di antara permukaan sendi.
  6. Dislokasi Sendi Pangkal PahaDiperlukan gaya yang kuat untuk menimbulkan dislokasi sendi ini dan umumnya dislokasi ini terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil). Dalam posisi duduk benturan dash board pada lutut pengemudi diteruskan sepanjang tulang femur dan mendorong caput femuris ke arah poterior ke luar dati acetabulum yaitu bagian yang paling pangkal.
    Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan gips selama enam minggu atau tirah baring dengan traksi yang ringan untuk mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan bagi ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai fraktur.
Macam – Macam Traksi
  1. Traksi lurus atau langsung
    Pada traksi ini memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur.
  2. Traksi Suspensi Seimbang
    Traksi ini memberikan dukungan pada eksremitas yang sakit di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.
  3. Traksi Kulit
    Traksi kulit tidak membutuhkan tindakan pembedahan. Traksi kulit terjadi apabila beban menarik kulit, spon karet, atau bahan kanvas yang diletakkan pada kulit, beratnya bahan yang dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit, yaitu tidak lebih dari 2 sampai 3 kg beban tarikan yang dipasang pada kulit. Traksi pelvis pada umumnya 4,5 sampai dengan 9 kg tergantung dari berat badan. Rumus traksi kulit : 1/7 x BB
  4. Traksi Skelet
    Dipasang langsung pada tulang, metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani fraktur tibia, humerus dan tulang leher. Traksi skelet biasanya menggunakan 7 – 12 kg untuk dapat mencapai efek therapi, Rumus traksi skelet 1 / 10 x BB.
  5. Traksi Manual Traksi yang dipasang untuk sementara, saat akan dilakukan pemasangan gibs.
Anatomi Fisiologi

Tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah yaitu tulang sakrum dan koksigis bersendi antara satu dengan yang lainnya.

Pada simfasis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :
  1. Pelvis mayor atau rongga panggul besar.
  2. Pelvis minor atau rongga panggul kecil
Di antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis tepi atau linea terminalis.
Sendi – sendi pelvis antara lain : sendi sakro iliaka adalah sendi antara ilium yang disebut aurikuler dan kedua sisi sakrum, gerakan ini sangat sedikit karena ligamennya sangat kuat menyatukan permukaan sendi sehingga membatasi gerakan ke seluruh jurusan.

Penyebab Dislokasi
  1. Trauma
    Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
  2. Kongenital
    Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan pemeriksaan klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan dini memberikan hasil yang sangat baik.
    Tindakan dengan reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.
  3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang

Tanda dan Gejala

  1. Deformitas pada persendiaanKalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
  2. Gangguan gerakanOtot – otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
  3. PembengkakanPembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
  4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

Lokasi Yang Sering Terjadi Dislokasi
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

Patofisiologi
Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi. Ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan. Contohnya posisi melempar bola berlebihan. Caput humeri biasanya bergeser ke anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.

Penatalaksanaan
  1. Dislokasi
    Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :
    • Lakukan reposisi segera.
    • Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.
    • Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.
  2. Traksi
    Periksa sesering mungkin kulit pasien mengenai tanda tekanan atau lecet. Perhatian lebih ditekankan pada tonjolan tulang. Lakukan perubahan posisi sesering mungkin untuk membantu mencegah kerusakan kulit.

Prinsip Traksi Efektif

Pada setiap pemasangan traksi harus dipikirkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan (hukun Newton yang ketiga mengenai gerak. Menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun arahnya berlawanan). Umumnya berat badan pasien pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.

Prinsip – prinsip traksi efektif adalah :
  1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.
  2. Traksi skelet tidak terputus
  3. Pemberat / beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
  4. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang.
  5. Tali tidak boleh macet.
  6. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.
  7. simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.
Tindakan Pada Dislokasi
  1. Dengan memanipulasi secara hati – hati, permukaan diluruskan kembali. Tindakan ini sering memerlukan anestesi umum untuk melemaskan otot – otonya.
  2. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan lunak terjepit di antara permukaan sendi.
  3. Persendian tersebut, disangka dengan pembebatan dengan gips. Misalnya : pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.
  4. Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latcher (exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu.
Dampak Masalah

Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh terhadap keluarga klien.
  1. Pola Persepsi dan Tata Laksana
    Kesehatan Bahwa biasanya klien dislokasi mempunyai harapan dan alasan masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
  2. Pola Nutrisi dan Metabolisme.
    Pola nutrisi dan metabolik pada klien dislokasi jarang mengalami gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.
  3. Pola Aktifitas dan Latihan
    Pada klien dislokasi setelah dilakukan pemasangan traksi akan mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh sebab itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan rentang gerak baik aktif maupun pasif.
  4. Pola Tidur dan istirahat
    Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien pemasangan traksi dengan dislokasi biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan pemasangan juga di sebabkan adanya traksi.
  5. Pola Perceptual dan Kognitif
    Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan dan pembentukan atau penyambungan sendi kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata penatalaksanaan yang kompraktif.
  6. Pola Defekasi dan Miksi
    Klien kadang – kadang masih dalam perawatan di rumah sakit membatasi makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immobilisasi pemasangan traksi yang mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).
  7. Pola Seksual dan Repraduksi
    Klien Dislokasi dengan pemasangan traksi jelas akan mempengaruhi pola kebutuhan seksualitas, di samping klien harus menjaga agar daerah traksi seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas seksualnya.
  8. Pola Hubungan
    Peran Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang yang mencari nafkah bagi keluarganya.
  9. Dampak Psikologis
    Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah rasa kuatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.
  10. ImmobilisasiUntuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang dipersatukan.
Komplikasi
  1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
    • Fraktur.
    • Kontraktur.
    • Trauma jaringan.
  2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
    • Dekubitus
    • Kongesti paru dan pneumonia
    • Konstipasi
    • Anoreksia
    • Stasis dan infeksi kemih
    • Trombosis vena dalam

0 komentar:

 
This blog powered by Blogger. Template designed by Go Blog Template