Fraktur

Konsep Dasar

Fraktur adalah pemisahan / terputusnya / hilangnya kontiunitas dari pada struktur tulang.

Fraktur Famur 1/3 distal adalah patah tulang paha sepertitiga bagian bawah.

ORIF adalah Metode penata pelaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur, fraktur diperiksa dan diteliti, Hematoma fraktur dan fragmen – fragmen yang telah mati diiringi dari luka. Fraktur direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen – fragmen tulang dipertahankan dengan alat – alat urto pedih berupa Pin, Pelat, srew, paku.


Anatomi fisiologis

Famur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh, tulang itu bersendi dengan acetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sendi menjulur media kelutut dan membuat sendi dengan tibia, femur memiliki dua ujung yaitu ujung atas terdapat kepala (caput) yang bualat dan cocok untuk masuk cekungan asetabulum yang membentuk sendi paha, bagian di bawah caput disebut leher (kolum) yang panjang dan gepeng, disamping kolum sebelah luar terdapat trakhanter mayor dan trakhanter minor ini dihubungkan oleh garis inter trokhanter di depan dan krista trakhanter di belakang.

Batang femor (Corpus Femoris) berbentuk silinder panjang dan agak melengkung ke depan berakhir pada dua kondilus yang bulat dan bersendi dengan tulang kering (tibia) untuk membentuk sendi lutut (artikalatio geno). Diujung bawah melebar dan memperlihatkan Ava kondilus yaitu internal dan medial sebuah permukaan poplitea (facialis poplitium), sebuah permukaan Patela (Facia patelaris) yang khas dan sebuah lekukan inter kondiler yang memisahkan kedua kondiler tersebut.

Penyebab Patah Tulang

Penyebab patah tulang dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
  1. Kekerasan Langsung.
    Kekerasan secara langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bamper moil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadi benturan tersebut.
  2. Kekerasan tidak langsung.
    Kekerasan tidak langsung menyebabkan tulang patah di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kecelakaan atau kekerasan, dan biasanya yang patah adalah bagian yang lemah dalam jalur hantaman vektor kekerasan, contoh apabila seseorang jatuh dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih dahulu, maka yang patah selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia, fibula, femur dan kemungkinan juga patah tulang verfebra.
  3. Kekerasan Akibat Tarikan Otot
    Patah tulang oleh karena tarikan otot jarang terjadi, contoh pada patah tulang ini adalah fraktur pahela dikarenakan otot lecep dan otot tricep berkontraksi secara mendadak.
Sedangkan faktor yang mempegaruhi terjadinya patah tulang, yaitu :
  1. 17 faktor ekstrinsik adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang serta tergantung dari besarnya, waktu atau lamanya dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah tulang.
  2. Faktor instrensik adalah beberapa sifat penting dari tulang yang menentukan daya tahan timbulnya fraktur, yaitu kapasitas absorbsi dari sendi, daya elastisitas, daya terhadap kelelahan dan aktivitas atau kepadatan.
Patofisiologi

Adanya daya atau tekanan pada tulang menyebabkan terjadinya fraktur. Adanya fraktur dapat merusak jaringan lunak, pembuluh darah, serabut saraf dan sum-sum tulang, periotium dan kortek tulang. Pada kerusakkan jaringan lunakdapat terjadi luka, menyebabkan port de entry yang akan terjadi infeksi dan non infeksi, pada infeksi bias terjadi delayed union dan malunion, pada non infeksi terjadi union. Pada kerusakkan pembuluh darah dapat terjadi perdarahan dan akan mengakibatkan hematoma dan hipovolemik. Pada hematoma terjadi vasodilatasi eksudasi plasma migrasi leukosit yang akan menyebabkan inflamasi, bengkak, terjadi penekanan saraf dan timbul nyeri. Pada hipovolemik dapat terjadi hipotensi akan menyebabkan suplay darah ke otak menurun, kesadaran menurun dan dapat terjadi syok hipovolemik. Pada kerusakan serabut saraf dan sum-sum tulangdapat menyebabkan hilangnya sensasi dan terjadi anesthesia, dapat juga merusak reseptor nyeri dan terjadi nyeri. Pada kerusakkan periostium dan kortek tulang dapat terjadi deformitas, krepitasi dan pemendekan extremitas.

Klasifikasi Fraktur
  1. Incomplet adalah fraktur hanya melibatkan bagian petunjuk menyilang tulang, salah satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkak (greenstick).
  2. Complet adalah fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
  3. Tertutup (simple) adalah fraktur titik meluas melewati kulit.
Proses Penyembuhan Tulang

Tahap-tahap Penyembuhan Tulang
  1. Tahap Pembentukan ……… Dalam 24 jam mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur, setelah 24 jam terbentuk ……...karena suplai darah meningkat, ……….berkembang menjadi Grawlasi
  2. Tahap Prolifelasi Seluler sampai hari XII Pada area Fraktur, ……………………………… menyuplai sel yang sudah berubah menjadi Fibri ……… dan jaringan penunjang Fisura.
  3. Tahap pra kallus 6-10 hari setelah cedera granulasi berubah menjadi pra kallus, ukuran maksimal 14-21 hari.
  4. Tahap osifikasi kalkus sampai minggu ke XII Membentuk Osifikasi kallus external minggu 3-10 kalus menyerupai tulang.
  5. Tahap Konsulidasi 6-8 bulan dan remodeling 6-12 bulan
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklas kallus mengalami pembentukan tulang sesuai dengan aslinya.
  1. Terbuka (compaund) adalah fragmen tulang meluas melewati kulit dan otot dimana potensial untuk terjadi infesi.
  2. Patologis adalah fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti kanker, Osteoporosis) dengan tak ada trauma atau hanya minimal.
Prinsip Penanganan Fraktur

Ada empat dasar yang harus di pertimbangkan pada waktu menangani fraktur :
  1. Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.
  2. Reduksi adalah reposisi fragmen – fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
  3. Retensi menyatukan metode – metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen – fragmen tersebut selama penyembuhan.
  4. Rencana rehabilitasi harus segera di mulai dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan fraktur.
Dampak Masalah.

Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh terhadap keluarga klien.
  1. Pola Persepsi dan Tata Laksana KesehatanBahwa biasanya klien fraktur femur mempunyai harapan dan alasan masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
  2. Pola Nutrisi dan MetabolisPola nutrisi dan metabolik pada klain fraktur femur jarang mengalami gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.
  3. Pola aktifitas dan LatihanPada klien fraktur femur setelah dilakukan orif akan mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan rontag gerak baik positif / aktif.
  4. Pola Tidur dan istirahatTerganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien post orif dengan fraktur femur biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan daerah operasi juga di sebabkan adanya plat dan screw.
  5. Pola Perceptual dan KognitifKlien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan luka dan pembentukan kalis pc atau penyambunga tulang kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata penata laksanaan yang kompraktif.
  6. Pola Elimasi Defekasi dan IniksiKlian kadang – kadang masih dalam perawatan dirumah sakit membatasi makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immabilisasi pasca operasi orif yang mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas sehingga klain kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).
  7. Pola Seksual dan RepraduksiKlein post operasi orif dengan fraktur femur jelas akan mempengaruhi pola kebutuhan seksualitas, disamping klien harus menjaga agar daerah operasinya seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien untuk melalukan aktifitas seksualnya.
  8. Pola Hubungan PeranPola hubungan pran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang yang mencari nafkah bagi keluarganya.
  9. Dampak PsikologisDampak psikologis yang di timbulkan adalah rasa kuatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.
  10. ImobilisasiUntuk memungkinkan kesemubuhan fregmen yang dipersatukan.
    • Fiksisasi Eksterns, tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur femur di imabilisasi dengan menggunakan bidai atau gif.
    • Fiksasi intern, cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang disatukan dan di fiksasi pada operasi, misalnya dengan pen, plat dan screw, wire.
  11. Fisiotrapi dan Mobilisasi.Sejak awal harus dilakukan latihan tentang gerak untuk mempraktekkan otot yang dapat mengecil secara cepat jika tidak dipergunakan, estitasi fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai Entruntas gatal – gatal telah kembali normal.
Komplikasi Fraktur

Shok, infeksi, nekrosis vaskuler, cedera vaskuler dan saraf, malunion, nonunion, delayed union,iskemik


0 komentar:

 
This blog powered by Blogger. Template designed by Go Blog Template