GASTROENTERITIS

Konsep Dasar

Gastroenteritis (diare) merupakan suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali dan pada bayi lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Setiap sel-sel dalam tubuh kita memerlukan adanya suplai makanan yang terus menerus untuk dapat bertahan hidup terus. Makanan tersebut akan memberikan energi, membangun jaringan-jaringan baru, mengganti jaringan-jaringan yang tua atau rusak dan memegang peranan utama dalam pertumbuhan. Fungsi utama Sistem Gastrointestinal ialah menyediakan suplai yang berkesinambungan untuk tubuh seperti air, elektrolit, zat gizi dan lain sebagainya.


Sebelum zat-zat air, elektrolit, zat gizi ini diperoleh tubuh makanan yang kita makan harus berjalan atau digerakkan sepanjang saluran pencernaan dengan kecepatan yang sesuai agar dapat berlangung fungsi pencernaan dan absorbsi.

Tractus Gastrointestinal merupakan sebuah saluran makanan yang panjang terbentang mulai dari mulut sampai dubur. Dalam keseluruhan dinding Tractus Gastrointestinal terdiri dari empat lapisan dinding, yaitu : tunico mukosa (lapisan terdalam yang merupakan lapisan terdalam dan didalam tunico mukosa terdapat enzim yang membantu proses makanan secara kimiawi). tunico submukosa merupakan lapisan jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah, tunica muskularis (merupakan dua lapisan otot : lapisan otot sirkuler dan lapisan otot logitudinal), tunica serosa / tunica adventitia merupakan lapisan terluar dan sangat tipis.
  1. Mulut >> Mulut (OS) dan rongga mulut merupakan bagian permulaan tractus Gastrointestinal. Cavum Oris, mempunyai batas-batas : sebelah depan (rima oris), belakang (istmus favcium), dinding samping bibir dan pipi, batas atas (maxila) terdiri dari palatum mole dan palatum durum.
    Dasar rongga mulut terdiri dari mandibula (rahang bawah), lidah, regio submandibularis. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses mengunyah (mastikasi), menelan (deglution) bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu : glandula parotis, glandula sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat pengunyah dan bicara.
  2. Pharing >> Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii (dasar tengorokan) yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
  3. Esophagus >> Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.
  4. Lambung >> Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu proses penyembuhan eritrosid.
  5. Usus Halus >> Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi :
    • Duodenum. Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum yang diebut kelenjar brunner.
    • Yeyenum dan Ileum. Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang sikenal sebagai mesentrum. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang orifisium ileosinkalis. Dialam tunica propria (bagian alam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid, noduli lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok. Sementara di ileum plicae cirkulares dan villi akan berkurang, sedangkan kelompok noduli lympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara 20 noduli lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri, yang menjadi tanda khas ileum. Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.
  6. Usus Besar >> Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah seperti huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.
  7. Anus >> Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :1)Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak 2)Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak 3)Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak.

Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
Faktor infeksi:
  1. Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella, yersinis enterocolitica, campylobacter.
  2. Virus; enterovirus-echoviruses, adenovirus, human retrovirus seperti agent rota virus, astrovirus.
  3. Jamur; candida enteritis.
  4. Parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, srongyloides), protozoa (entamoebahystolityca, giardialamblia).
  5. Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
Faktor malabsorbsi
  1. Malobsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerensi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa,
  2. Malabsrobsi lemak.
  3. Malabsorbsi protein.

Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

Faktor fsikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
  1. Gangguan osmotik >> Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
  2. Gangguan sekresi >> Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
  3. Gangguan motilitas usus >> Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun kan mengakbatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Menurunnya pemasukan/ hilangnya cairan akibat muntah, diare, demam, hiperpentilasi
|
Tiba-tiba dengan cepat cairan ekstraseluler hilang
|
Ketidak seimbangan elektrolit
|
Hilangnya cairan dalam intra seluler
|
Disfungsi seluler
|
Syok hipovolemik
|
Kematian


Tanda dan Gejala

Mula-mula klien cengeng, gelisah atau suhu tubuh biasanya meningkat, napsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijawan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defikasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapt disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, BB menurun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering. Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dedhidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik.

Pasien diare yang dirawat biasanya dalam keadaan dehidrasi berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5 %. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovelimik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, samnolen, kadang sampai soporokomateus).

Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah terjadi asidosis metabolik pasien tampak pucat dengan perbapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) asidosis metabolik terjadi karena :
  1. Kehilangan Na HCO3 melalui tinja diare.
  2. Ketosis kelaparan.
  3. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau anuria)
  4. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel.
  5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).
Komplikasi
  1. Dehidrasi
    Menurut banyaknya cairan yang hilang, Ashwill and Droske (1997) membagi dehidrasi atas:
    • Dehidrasi ringan; berat badan menurun 3%-5%, dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg.
    • Dehidrasi sedang; berat badan menurun 6%-9%, dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg.
    • Dehidrasi berat; berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.
    Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas:
    • Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L.
    • Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na plasma kurang dari 131 mEq/L.
    • Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na plasma lebih dari 150 mEq/L
  2. Syok hipovolemik
  3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
  4. Hipokalsemia
  5. Hiponatremia
  6. Hipoglikemia
  7. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
  8. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
  9. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
  10. Asidosis.



0 komentar:

 
This blog powered by Blogger. Template designed by Go Blog Template